Tiongkok Lagi Ngetrend Kuliner Tumis Batu, Jadi Apanya yang Dimakan?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Kuliner adalah salah satu aspek budaya yang menarik untuk dipelajari, karena makanan merupakan cerminan dari identitas suatu masyarakat. Setiap negara memiliki hidangan khasnya sendiri yang mencerminkan kekayaan warisan budaya dan kebiasaan kuliner yang unik. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat fenomena menarik di China, di mana warga negara China mulai menggandrungi kuliner yang mungkin terdengar tidak biasa bagi banyak orang, yaitu tumis batu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena ini dan mencoba memahami mengapa kuliner ini menjadi populer di antara warga China.

Latar Belakang:

Tumis batu adalah hidangan yang berasal dari wilayah Sichuan di China. Meskipun terdengar tidak lazim, hidangan ini telah mendapatkan popularitas yang luar biasa di kalangan warga China. Tumis batu sebenarnya tidak menggunakan batu yang biasa digunakan untuk memasak, melainkan batu-batu vulkanik yang tahan panas. Batu-batu ini dipanaskan hingga sangat panas, kemudian bahan-bahan seperti daging, sayuran, dan bumbu-bumbu ditumis di atasnya. Metode memasak ini memberikan rasa dan aroma yang khas pada hidangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Popularitas:

Rasa yang Unik: 

Salah satu alasan utama di balik popularitas tumis batu adalah rasa yang unik dan kuat. Penggunaan batu panas memberikan metode memasak yang berbeda dan menghasilkan hidangan dengan rasa yang lebih pekat. Bumbu khas Sichuan, seperti cabai, lada, dan bawang, juga memberikan kelezatan yang khas pada hidangan ini.

Pengalaman Visual dan Interaktif: 

Makan tumis batu bukan hanya tentang menyantap hidangan, tetapi juga tentang pengalaman visual dan interaktif yang ditawarkan. Ketika hidangan disajikan, batu panas ditempatkan di atas meja dan bahan-bahan dimasukkan satu per satu oleh para pelanggan. Proses ini tidak hanya mengundang rasa lapar, tetapi juga menciptakan interaksi sosial yang menyenangkan.

 Aspek Kesehatan: 

Beberapa pendukung tumis batu berpendapat bahwa metode memasak ini mempertahankan nutrisi yang lebih baik dalam bahan-bahan makanan, karena hanya perlu waktu singkat untuk memasak. Selain itu, batu panas membantu dalam mempertahankan kelembapan dan kelezatan bahan makanan.

Pengaruh Budaya:

 Sichuan, daerah asal tumis batu, memiliki tradisi kuliner yang kaya dan terkenal dengan masakan pedas. Masyarakat China memiliki kecenderungan untuk menghargai dan menjaga tradisi kuliner mereka. Oleh karena itu, popularitas tumis batu bisa juga terkait dengan kebanggaan budaya dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap masakan tradisional mereka sendiri.

Apanya yang Disantap?

Dikutip dari merdeka.com sebuah sensasi kuliner baru tengah digandrungi warga Negeri Tiongkok. Sejumlah video yang menunjukkan penikmat kuliner menikmati hidangan bernama suodiu berseliweran di TikTok selama seminggu terakhir.

Dilansir CNN Travel (23/6/2023), suodiu adalah hidangan tumisan yang terbuat dari batu. Masakan tradisional yang sedang viral itu membangkitkan rasa ingin tahu generasi muda China karena keunikannya.

Cara Menikmati Tumis Batu, Disesap Lalu Dibuang

Suodiu dijual di lapak street food. Cara makannya cukup unik. Makanan ini berasal dari provinsi Hubei di Tiongkok timur.

Pelanggan harus menyesap batu-batu kecil yang sudah berbalut bumbu. Konon, rasa bumbunya yang kaya dan cenderung pedas sangat terasa di lidah.

Setelah disesap, batu diludahkan kembali. Karena cara makannya ini, hidangan tersebut dinamakan suodiu, yang berarti "mengisap dan membuang".

Pada sebuah video, seorang pelanggan bertanya, "Apakah saya harus mengembalikan kerikil-kerikil ini setelah selesai?"

Sang koki menjawab dengan nada bercanda, "Bawa pulang sebagai oleh-oleh."

Seporsi Tumis Batu Dihargai Rp33.000

Saat menyiapkan bahan-bahan masakan, kadang para koki suodiu menggambarkan setiap gerakan mereka dengan syair. ©2023 TikTok/Douyin

Pedagang kaki lima memasak suodiu di atas panggangan. Mereka membumbui batu dengan minyak cabai dan saus bawang putih yang gurih. Setelah dibumbui, batu ditumis bersama cincangan bawang putih dan cabai segar.

Saat menyiapkan bahan-bahan masakan, kadang para koki suodiu menggambarkan setiap gerakan mereka dengan syair, seperti yang terlihat dalam video di Instagram-nya China, Xiaohongshu. Menurut video tersebut, setiap porsi tumis batu harganya sekitar 16 yuan atau sekitar Rp33.000.

"Sejumput rempah menghidupkan gairah [masakan]," kata seorang chef dalam salah satu video. Ia juga mengatakan kalau hidangan ini populer seperti minuman beralkohol.

Makanan yang Sudah Berusia Ratusan Tahun

tahun. Menurut laporan media lokal, hidangan ini diwariskan secara turun-temurun oleh para penumpang kapal.

Pada zaman dulu, para penumpang kapal bisa terdampar di tepi sungai. Mereka juga tak jarang kehabisan makanan saat mengirim barang.

 

Buah menghibur diri, para penumpang kapal yang kehabisan bahan makanan lantas mencari batu untuk dimasak. Batu dimasak dengan berbagai bumbu lalu disantap bersama.***